"PASIEN HARUS BAGAIMANA
KALAU PERNAH STROKE?": DARI SEMINAR OJK SHERATON HOTEL BANDUNG 25 SEPTEMBER 2017
Seminar OJK (Otoritas Jasa Keuangan) kemarin di Sheraton Hotel Bandung menguras waktu tak kurang 4 jam nonstop. Antusias peserta lumayan hangat dan bersemangat bertahan duduk manis menyimak, melihat begitu beragam pertanyaan peserta datang bertubi. Satu pertanyaan datang dari seorang Ibu, bertanya begini.
"Dokter, pasien harus bagaimana setelah pernah kena stroke beberapa tahun lampau?"
Pertanyaan ini bagus untuk mengangkat kembali perlunya pelurusan persepsi yang selama ini keliru ihwal pascastroke, termasuk juga pasca serangan jantung koroner. Kedua kasus ini dinilai keliru bila beranggapan sekali sudah kena stroke, sudah tidak bakal kena serangan stroke dan atau jantung koroner lagi, sehingga pasien merasa sudah terbebas, dan hidup sekenanya.
Bila persepsi keliru seperti itu yang hadir, tentu menyesatkan. Sekali pernah terserang stroke, berarti serangan berikutnya berpotensi terjadi bila faktor risiko munculnya stroke tidak dikendalikan. Apa faktor risiko stroke, ya, semua penyakit yang melatarinya, yang harus diperhatikan, yakni hipertensi, diabetik, kolesterol, asam urat, kegemukan, merokok, ada turunan, dan stres. Yang sama juga berlaku untuk yang pernah punya riwayat serangan jantung koroner.
Mengapa?
Oleh karena pembuluh darah otak yang tersumbat sehingga terjadi serangan stroke, dan atau bila pembuluh koroner jantung ada yang sudah pernah tersumbat sehingga terjadi serangan jantung koroner, berarti nasib cabang pembuluh otak yang lain, dan pembuluh koroner jantung cabang yang lain, punya nasib yang sama dengan yang sudah tersumbat, yakni bakat bisa tersumbat.
Hanya apabila semua faktor risiko yang lebih sepuluh itu pasien kendalikan, dengan obat selain mengubah gaya hidup, maka nasib pembuluhnya tidak seburuk pembuluh yang yang sudah kena. Malah kalau saja sejak awal proses pembentukan sumbatan plaque sejak awal, selagi usia muda, bahkan sejak masa remaja, faktor risiko, semua faktor risikonya dikendalikan, tidak harus sampai terserang stroke, tidak pula perlu terkena serangan jantung koroner.
Bukan kejadian jarang mereka yang ada riwayat stroke atau serangan jantung koroner, mengalami serangan kembali, di cabang pembuluh yang lain, atau bisa juga di cabang yang sudah kena itu. Maka penting artinya, besar pula perannya pengetahuan, atau penyadaran, supaya stroke dan jantung koroner tidak terjadi lagi, bahkan berkali-kali, sehingga ada yang sampai semakin berakibat kelumpuhan yang meluas, atau yang pasang ring cincin jantung (stent) lebih dari satu, bahkan sampai sembilan, hanya karena pembiaran faktor risiko tidak ditekan.
Jadi sejatinya memang harus diupayakan menekan semua faktor risikonya. Wanita setelah usia menopause punya risiko yang sama dengan pria untuk terserang stroke.
Besok Rabu 27 September, saya siap tampil pada Seminar Rotary Club Yogya, terbuka untuk umum di Sahid Rich Jogja Hotel. Silakan bagi yang berminat.
Salam sehat,
Dr HANDRAWAN NADESUL
(Foto Delta OJK)
0 comments:
Post a Comment